Jumat, 07 Agustus 2015

THE MOMENT I KNEW - Sebuah Songfict





The Moment I Knew




Dedicated to Seth, why don't you say sorry?





#MustPlayedSong : Taylor Swift - The Moment I Knew








 Kupandangi pintu ruang tamu, berharap ada keajaiban lewat dari sana. Tentu saja tidak akan ada. Aku mengamati sekelilingku, tanpa menghitung, takut hitunganku malah akan semakin membuatku kecewa. Tapi, tanpa sengaja mataku tertumbuk pada jam dinding besar yang kini menunjukkan pukul 6.45 p.m.

 Aku menghela napas panjang. Kuingat lagi saat aku memberitahumu tentang rencanaku. Kuingat lagi saat kau ketika itu berkata 'ya', dengan penuh keyakinan. Kuingat lagi saat kau berjanji momen ini akan jadi momen yang tak terlupakan bagiku. Dan entah kenapa, semakin kuingat semakin hatiku terluka.

 Tiba-tiba tepukan di bahuku, menyadarkanku.

 "Belum datang juga ya?"

 Aku melemparkan pandangan ke arah pintu. Ia mengerti.

 "Tunggu saja. Dia pasti datang." katanya menghiburku. Lalu sambil menunjuk sekeliling, ia melanjutkan, "Dekorasi ini idenya 'kan?"

 Aku mengangguk lesu. Dia hanya tersenyum, menepuk bahuku sekali lagi, lalu berlalu. Dan ketika ia sudah pergi, kutengadahkan kepalaku, menatap dekorasi merah, hijau, dan putih itu. Lampu-lampu, hiasan-hiasan, pita-pita.. ah entah kenapa semuanya terasa begitu hampa.


 Pukul 7 tepat.

 Semuanya berkumpul, mengitariku seolah aku adalah pohon natal yang menjanjikan hadiah. Semuanya, kecuali kau. Dimana kau?

 "Mulai saja, Alli." bisik salah seorang teman sekolahku, yang seketika membuatku bimbang. Tapi, kau belum datang. Bagaimana aku harus memulai?

 "Ini sudah lewat 5 menit." tegur temanku yang lain. "Gaun dan semua make-upmu akan sia-sia kalau kau tidak segera mulai."

 Gaun dan make-upku akan sia-sia jika orang yang ingin kubuat terkesan, tak datang, gumamku dalam hati.

 Akhirnya, aku memutuskan, tak bijak membuat yang lain menunggumu.

 Dan pesta pun mulai.

 Tanpamu.


 Suara tawa, tepuk tangan, dan sorak sorai yang sarat kebahagiaan itu tampak tak berarti bagiku. Walau begitu, aku tak boleh mengecewakan mereka yang sudah datang. Aku harus tersenyum dan tampak berbahagia, meski sebaliknyalah yang kurasakan. Kuharap, sandiwaraku cukup hebat.

 Waktu berlalu, tapi keriuhan yang terjadi belum reda juga. Semua bergembira. Mungkin untukku, atau mungkin juga tidak. Aku tidak peduli. Pintu yang sedari tadi tak lepas dari pandanganku, telah menutup peluang sebuah keajaiban untuk masuk.

 Tiba-tiba gaun yang kupakai terasa sangat berat. Make-up yang menopengiku seakan membuat wajahku gatal. Dan cairan yang sedari tadi berdiam di sudut mataku perlahan mulai mengalir. Aku ingin sendiri. Tak peduli berapa puluh orang yang akan kukecewakan. Untuk apa aku membahagiakan orang lain, jika aku sendiri tidak merasa bahagia?

 Aku bangkit dari kursiku, berusaha tampil tidak mencolok saat menyibak kerumunan orang.

 "Kau baik-baik saja?" Dia, yang menjanjikanmu untuk datang, kembali menunjukkan perhatiannya padaku. Dia, temanmu -hanya teman juga bagiku-, tapi dia memberiku perhatian lebih dari yg bisa kau tunjukkan padaku.

 Dan air mata itu mengalir tanpa kuinginkan.

 "Al, jangan menangis." bisiknya agak panik, sambil merangkul bahuku. Sebuah pertanyaan ironis melintas di benakku : Kenapa temanmu bisa begitu 'hangat' padaku, sementara kau sendiri malah tak bisa?

 "Al, sebaiknya kau naik ke kamarmu dulu."

 Aku mengikuti saja, ketika ia menuntunku pergi. Kurasa tak ada yang sadar aku menghilang, dan aku bersyukur atas hal itu.


 "Kau baik-baik saja?" Ia mengulangi pertanyaannya, setelah mendudukkanku di tempat tidur. Aku membisu. Air mataku masih mengalir.

 "Alli.. kumohon jangan menangis." Dia menyapukan tisu ke wajahku, mencoba menghilangkan jejak air mataku. Pertanyaan ironis lain tiba-tiba kembali terngiang di benakku.

  Pernahkah kau menghapus air mataku?


 "Dia bilang dia akan datang." kataku pelan dengan suara tertahan, putus asa. "Dia bilang dia akan ada di sini."

 "Mungkin dia akan ke sini, sebentar lagi." hiburnya.

 "Tapi, dia terlambat. Dia tidak akan datang. Tidak.." tangisku. Dia refleks memelukku. Menenangkanku. Bukankah itu yang kau janjikan padaku? Memeluk dan menghiburku di saat paling menyedihkanku. Kenapa justru temanmu yang melakukannya?

 "Apa yang kau lakukan saat satu-satunya orang yang berharga bagimu, justru menjadi satu-satunya yang tidak muncul?" kataku di sela isak tangisku.

 Bahkan dia juga tak memiliki jawabannya.


 "Selamat ulang tahun, Alli!" seru mereka semua saat, pesta berakhir. Aku menyunggingkan senyumku. Mereka terlalu baik untuk tidak diberi senyuman.

 "Dia tidak datang ya?" salah seorang dari mereka tiba-tiba bertanya padaku.

 Dan aku tahu lidahku tak sanggup menjawabnya.

 "Dia ada keperluan mendadak." sambung dia yang berdiri di sampingku, menjagaku agar tetap kuat berdiri.

 Dan tak ada pertanyaan lain lagi sesudah itu. Semua sudah pulang.

 Aku menengadahkan kepala, memberi sang penyelamatku kecupan ringan di pipinya.

 "Terima kasih." bisikku.

 Dia hanya tersenyum.

 Menghargai hadiah kecil yang kuberikan padanya.


 Telepon itu terlambat 72 jam dari semestinya. Aku hampir tak sanggup menahan hatiku yang hampir remuk saat suaramu memenuhi gendang telingaku.

 "Maafkan aku, aku tak bisa datang." katamu. Maaf? Kau tidak terdengar seperti meminta maaf, tuduhku dalam hati.

 Dan setelah sekian detik hening, akhirnya aku dapat bicara juga. Bukan makian yang sudah kurencanakan untuk kulontarkan padamu. Bukan pula tangisan. Hanya sebuah kalimat sederhana.

 "Maafkan aku juga."

 Dan dengan sekali 'klik', telepon itu kututup, menjadikannya simbol berakhirnya peranmu dalam drama kehidupanku.

 Ya, kau memang telah membuat saat itu menjadi momen yang tak terlupakan. Baik bagiku, bagimu, bahkan baginya. Temanmu yang kini menjadi kekasih baruku. 'Maaf'ku.. kuharap cukup untukmu. Seperti 'maaf'mu cukup untuk untukku.



-END-









A/N :


A song-fict. Dibuat dalam rangka bergalau ria gara* gabisa liat konsernya Taylor Swift di Indo. Hoho ~ Repost dari facebook aku :D

Walaupun sebagian besar ceritanya curhatan pribadi .-. #eh


Maaf buat yg gak sreg sm ceritanya ._. nyadar kok kalo ini random banget -_-"


Menerima segala bentuk hujatan qaqa :3

0 komentar: